Jumat, 13 Mei 2016

Spermaogenesis dan Oogenesis


SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
MAKALAH BIOLOGI DASAR BIOLOGI PERKEMBANGAN


Disusun oleh :

Puput Febri Fitriatni            (15150071)

Kelas A12.2



PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015


DAFTAR ISI

SAMPUL …………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ……………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang …………………………………………………......
B.     Rumusan Masalah ……………………..…………………………...
C.    Tujuan penulisan …………………………………………...............
D.    Manfaat Penulisan ……………………………………………...…..
BAB II PEMBAHASAN
A.    Spermatogenesis ……………...…………………..............................
B.     Oogenesisis ....………………………………………………….…....
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan …………………………………………………...…….
B.     Saran …………………………………..……………………….........
DAFTAR PUSTAKA









KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang spermatogenesis dan oogenesis ini dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan didalam makalah ini. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Nonik Ayu Wartini, S.ST, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah bilogi dasar biologi perkembangan khususnya sistem reproduksi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
            Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita terhadap sistem reproduksi pada pria dan wanita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun guna memperbaiki makalah yang akan kami buat di masa mendatang.
            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi para pelajar. Dan juga semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya kami mohon maaf sebesar-besarnya jika ada keselahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang yang sempurna di dunia ini terkecuali sang Maha Pencipta.




Yogyakarta, 16 November  2015

Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada manusia, reproduksi berlangsung secara seksual. Alat reproduksi pada manusia berupa alat kelamin pada laki-laki dan alat kelamin pada wanita. Alat kelamin laki-laki berfungsi menghasilkan gamet jantan, yaitu spermatozoa (sperma). Alat kelamin laki-laki terdiri dari alat kelamin luar dan kelamin dalam. Begitupun dengan alat kelamin pada wanita terdiri dari alat kelamin luar dan alat kelamin dalam. Alat kelamin wanita berfungsi menghasilkan gamet betina, yaitu ovum. Gamet jantan dibentuk di dalam testis pada skrotum, sedangkan gamet betina dibentuk di dalam ovarium. Pembentukan gamet jantan disebut spermatogenesis dan pembentukan gamet betina disebut oogenesis.
Spermatogenesis yang sempurna dicapai pada sebagian besar laki-laki pada umur 16 tahun, dan kemudian berlangsung terus selama hidup. Spermatogenesis tidak terjadi secara serentak pada semua tubuli semiferi atau bahkan tidak serentak pada setiap bagian tubulus yang sama. Daur ini mulai pada lamina basalis epithelium germativum dalam jawabannya terhadap hormone pemacu folikel(FSH). Pada saat spermatozoa berkembang, maka spermatozoa ini akan mendekati lumen tubulus. Pemasakan spermatozoa memerlukan waktu kira-kira 10hari.
Ovarium berasal dari struktur embrional yang sama dengan glanula supraneralis dan testis pada pria, tetapi kedua ovarium terletak di atas pintu masuk pelvis pada saat bayi lahir, dan baru turun ke cavitas pelvis setelah cavitas pelvisnya menjadi lebih dalam selama masa kanak-kanak. Perkembangan ovarium infantile (bayi)sampai menarke sangat sedikit, dan gambaran serta strukturnya kemudian mengalami diferensiasi bergantung pada umur dan fase siklus menstruasi wanita.
Mungkin masih banyak mahasiswa kesehatan yang belum mengetahui produksi dan jalannya spermatozoa dan produksi sel telur matur. Maka, dengan adanya makalah ini, akan menjadi panduan kita dalam mempelajari tentang spermatogenesis dan oogenesis kebidanan.





B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
a)      Bagaimana siklus spermatogenesis ?
b)      Bagaimana siklus oogenesis ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a)      Untuk mengetahui siklus spermatogenesis dan oogenesis pada laki-laki dan wanita.

D.    Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka pembelajaran baik dalam proses pembelajaran maupun non-pembelajaran , dan meningkatkan pengetahuan bagi semua kalangan.






BAB II
PEMBAHASAN
           
A.    SPERMATOGENISIS


Gambar 2.1 Spermatogenesis (Guyton dan Hall, 2007)

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi pria (Junqueira dan Jose, 2007). Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel germinal primordial yang disebut dengan spermatogonia. Spermatogonia berada pada dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus.Spermatogonia mulai mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus berproliferasi dan berdiferensiasi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk sperma (Guyton dan Hall, 2007).
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus selama masa seksual aktif akibat stimulasi oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan di hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata pada umur 16 tahun dan terus berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun pada usia tua (Guyton dan Hall, 2007).
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia bermigrasi di antara sel- sel sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferus. Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pembungkus sitoplasma yang berlebihan yang mengelilingi spermatogonia yang sedang berkembang sampai menuju bagian tengah lumen tubulus (Guyton dan Hall, 2007).
Proses berikutnya adalah pembelahan secara meiosis. Pada tahap ini spermatogonia yang melewati lapisan pertahanan masuk ke dalam lapisan sel Sertoli akan dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk spermatosit primer yang besar. Setiap spermatosit tersebut, selanjutnya mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder. Setelah beberapa hari, spermatosit sekunder ini juga membelah menjadi spermatid yang akhirnya dimodifikasi menjadi spermatozoa (sperma) (Guyton dan Hall, 2007). Selama masa pergantian dari tahap spermatosit ke tahap spermatid, 46 kromosom spermatozoa (23 pasang kromosom) dibagi sehingga 23 kromosom diberikan ke satu spermatid dan 23 lainnya ke spermatid yang kedua (Sherwood, 2012). Keadaaan ini juga membagi gen kromosom sehingga hanya setengah karakteristik genetik bayi yang berasal dari ayah, sedangkan setengah sisanya diturunkan dari oosit yang berasal dari ibu. Keseluruhan proses spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi spermatozoa, membutuhkan waktu sekitar 74 hari (Guyton dan Hall, 2007). Proses selanjutnya adalah pembentukan sperma. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid tetap memiliki sifat-sifat yang lazim dari sel-sel epiteloid, tetapi spermatid tersebut segera berdiferensiasi dan memanjang menjadi spermatozoa. Masing-masing spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala terdiri atas inti sel yang padat dengan hanya sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di sekeliling permukaannya. Di bagian luar, dua pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal yang disebut akrosom yang terutama dibentuk oleh apparatus Golgi. Selubung ini mengandung sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom dari sel-sel yang khas, meliputi hialuronidase (yang dapat mencerna filamen proteoglikan jaringan) dan enzim proteolitik yang sangat kuat (yang dapat mencerna protein). Enzim ini memainkan peranan penting sehingga memungkinkan sperma untuk memasuki ovum dan membuahinya(Guyton dan Hall, 2007).
Ekor sperma, yang disebut flagellum, memiliki tiga komponen utama yaitu (1) kerangka pusat yang secara keseluruhan disebut aksonema, yang memiliki struktur yang serupa dengan struktur silia yang terdapat pada permukaan sel tipe lain; (2) membran sel tipis yang menutupi aksonema; dan (3) sekelompok mitokondria yang mengelilngi aksonema di bagian proksimal ekor (badan ekor) (Guyton dan Hall, 2007).
Gerakan maju-mundur ekor (gerakan flagella) memberikan motilitas sperma. Gerakan ini disebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal secara ritmis di antara tubulus posterior dan anterior yang membentuk aksonema. Sperma yang normal bergerak dalam medium cair dengan kecepatan 1 sampai 4 mm/menit. Kecepatan ini akan memungkinkan sperma untuk bergerak melalui traktus genitalia wanita untuk mencapai ovum (Guyton dan Hall, 2007). Proses selanjutnya setelah pembentukan sperma adalah pematangan sperma di epididimis. Setelah terbentuk di tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati tubulus epididimis yang panjangnya 6 meter. Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimis adalah sperma yang belum motil, dan tidak dapat membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam epididimis selama 18-24 jam, sperma akan memiliki kemampuan motilitas (Guyton dan Hall, 2007). Kemampuan bergerak maju (motilitas progresif) yang diperoleh di epididimis, melibatkan aktivasi suatu protein unik yang disebut CatSper, yang berada di bagian utama ekor sperma. Protein ini tampaknya adalah suatu kanal Ca2+ yang memungkinkan influx  Ca2+generalisata c-AMP. Selain itu, spermatozoa mengekspresikan reseptor olfaktorius, dan ovarium menghasilkan molekul mirip odoran. Bukti-bukti terkini mengisyaratkan bahwa berbagai molekul ini dan reseptornya saling berinteraksi, yang memperkuat gerakan spermatozoa ke arah ovarium (Ganong, 2008).










B.     OOGENESIS

Description: F:\ \acak\bahan ajar\jam ke 0\scan\n5o\ovum_dan_sperma\oogenesis pembentukan sel telur ovum2.jpg
Gambar 2.2 oogenesis

Oogenesis terjadi di ovarium. Di ovarium ini telah tersedia calon-calin sel telur (oosit primer) yang terbentuk sejak bayi lahir. Saat pubertas, oosit primer melakukan pembelahan meiosis menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosit primer). Proses ini terjadi di bawah pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone).
Oosit sekunder dikelilingi oleh folikel. Oosit yang terus berkembang, lama-kelamaan akan dipisahkan dari folikel-folikel disekelilingnya oleh zona pelusida. Dibawah pengaruh FSH, folikel-folikel ini membelah berkali-kali danmembentuk folikel graaf (folikel yang telah masak), diantaranya mempunyai rongga. Kemudian, sel-sel folikel ini memproduksi estrogen yang merangsang hipofisis untuk mensekresikan LH (Luteinizing Hormone). LH berfungsi mendorong terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur).
Jika pada saat ovulasi terjadi pembuahan, maka oosit sekunder meneruskan pembelahan menjadi ootid (haploid) dan badan polar kedua. Ootid berdiferensiasi menjadi ovum. Jadi, dalam oogenesis ini dihasilkan oosit sekunder yang akan dibuahi oleh sperma. Setelah pembuahan, oosit sekunder membelah lagisecara meiosis hingga dihasilkan ovum. Berbeda dengan laki-laki, wanita hanya mengeluarkan 1 telur saja dalam waktu tertentu  (siklus). Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol oleh hormone. Pada manusia dan primate, siklus reproduksinya disebut siklus menstruasi, sedangkan pada mammalian lain disebut esterus. Menstruasi dapat diartikan sebagai luruhnya ovum yang tidak dibuahi beserta lapisan dinding uterus yang terjadi saat periodic. Darah menstruasi sering disertai jaringan-jaringan keci yang bukan darah. Siklus reproduksi ini umumnya memiliki periode 28 hari hingga 1 bulan, oleh karena itu disebut mens.
Letak (dari depan), kedua ovarium terletak di dalam cavitas peritonealis pada cekungan kecil di dinding posterior ligamentum latum. Kedua ovarium terletak pada ujung tuba fallopii yang mengandung fimbriae pada kira-kira setinggi pintu masuk pelvis. Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari bewarna putih dan permukaannya bergerigi. Ukurannya 3 cm x 2 cm x 1 cm. beratnya 5-8 g.
Struktur makroskopiknya bervariasi, bergantung pada umur wanita. Ovarium ini licin dan halus, warnanya putih dan konsistensinya agak padat.
Fase menstruasi antara pubertas dan menopause kedua ovarium tersebut lebih besar dan permukaannya agak ireguler, lebih menyerupai walnut dan tidak seperti buah kenari. Fase postmenopause, ovarium menjadi lebih kecil dan mengkerut dan ditutup oleh jaringan parut setelah bulan demi bulan sebelumnya folikal de graaf pecah.
Struktur mikroskopik, Epithelium germinativum adalah nama lain untuk peritoneum yang menutupi ovarium. Tunica albuginea merupakan selubung luar fibrosa yang keras. Cortex, terutama terdiri atas stroma jaringa vibro vaskuler tempat folikel de graaf terkubur. Folikel-folikel ini masing-masing berisi ovum dan dapat ditemukan dalam berbagai tingkat perkembangan. Corpus luteum adalah jaringan perut yang berbentuk setelah folikel pecah. Dengan demikian cortex merupakan bagian yang fungsional pada ovarium. Medulla merupakan bagian tengah dan tempat masuknya pembuluh darah, limfa, dan saraf. Medulla terutama terdiri atas jaringan fibrosa dan elastic.
Siklus hidup folikel primordial, paa saat lahir, cortex ovarii mengandung kira-kira 200.000 folikel primordial. Masing-masing folikel ini mengandung sel-sel kelamin primordial. Sejumlah folikel berupaya untuk menjadi masak sebelum pubertas, tetapi biasanya tidak berhasil, dan folikel tersebut mengalami degenerasi. Folikel de graaf dengan mulainya pubertas, beberapa folikel berupaya menjadi secara serentak menjadii separo pertama siklus menstruasi . satu folikel lebih berhasil dari pada folikel-folikel lain, dan terisi cairan, mencapai diameter paling tidak 10mm, dan kemudian muncul kepermukaan ovarium. Selama proses ini pembelahan meiosis pertama berlangsung di dalam inti (nucleus) sel-sel kelamin primordial. Folikel de graaf pecah melalui permukaan ovarium dan melepaskan cairan folikel dan ovum. Corpus luteum adalah bungkus (cangkang) yang ditinggalkan okeh folikel de graaf yang rupture. Corpus luteum ini terisi oleh jendalan darah, dan kemudian mulai terjadi fibrosis. Setelah 10 hari, corpus luteum akan berhenti membesar dan mulai membentuk jaringan perut. Corpus albicans adalah nama yang diberikan untuk corpus luteum yang mengalami fibrosis lebih lanjut. Corpus fibrosum adalah struktur yang merupakan fibrosis tahap akhir corpus luteum. Terjadi peningkatan jumlah jaringan parut yang ditinggalkan oleh setiap ovulasi yang terjadi yang menyebabkan permukaan ovarium tampak penuh dengan jaringan parut postmenopause.
inervasinya oleh plexus ovaricus. Funsi untuk memproduksi sel telur untuk fertilisasi, estrogen dan progesterone.










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembentukan Sperma (spermatogenesis) terjadi di dalam testis.
Spermatogonium bersifat diploid dan selalu membelah diri secara metosis sehingga berjumlah banyak. Sebagian spermatogonium membesar menjadi spermatosit primer.
Spermatosit primer terus membelah diri secara meiosis membentuk spermatosis sekunder. Spermatosit sekunder membelah diri kembali secara meiosis menjadi spermatid. Spermatid berdiferensiasi menjadi sperma. Tiap-tiap sperma memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom spermatogonium.
            Pembentukan Ovum (oogenesis) terjadi di dalam ovarium. Oogonium bersifat diploid. Oogonium membelah diri secara mitosis sehingga berjumlah banyak. Oogonium berkembang menjadi oosit primer. Oosit primer membelah diri secara meiosis menjadi oosit sekunder dan badan kutub pertama. Oosit sekunder mengandung kuning telur dan sitoplasma, badan kutub pertama merupakan inti sel yang kemudian membelah diri menjadi dua.Oosit sekunder membelah diri secara meiosis menjadi otid dan badan kutub ke dua. Otid berkembang menjadi ovum yang haploid. Setiap oosit primer menghasilkan satu ovum.

B.     Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca/pelajar. Apabila ada saran dan kritik yang membangun, mohon sampaikan pada kami untuk pembekalan dan pembelajaran di masa yang akan datang atau pun tugas.
 Dan untuk para pelajar diharapkan untuk senantiasa memperbaiki, apa yang salah pada makalah ini. Mengritik sesuatu yang dipelajari jauh lebih berguna untuk pembelajaran selanjutnya.
Jika terdapat banyak kesalahan, dalam menerangkan siklus spermatogenesis dan oogenesis kami mohon maaf. Karna kami pula dalam proses pembelajaran, terima kasih banyak.






DAFTAR PUSTAKA


Verralls, Sylvia.1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan. Jakarta. EGC
Luklukaningsih, Zuyina. 2014. Anatomi Fisiologi dan Fisioterapi. Yogyakarta. Numed     
Guyton dan Hall. 2007. Spermatogenesis._______________.____________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post