SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
MAKALAH BIOLOGI DASAR BIOLOGI PERKEMBANGAN
Disusun oleh :
Puput Febri Fitriatni (15150071)
Kelas A12.2
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015
DAFTAR ISI
SAMPUL …………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ……………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang …………………………………………………......
B.
Rumusan
Masalah ……………………..…………………………...
C.
Tujuan
penulisan …………………………………………...............
D.
Manfaat
Penulisan ……………………………………………...…..
BAB II PEMBAHASAN
A.
Spermatogenesis
……………...…………………..............................
B.
Oogenesisis
....………………………………………………….…....
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………………...…….
B.
Saran
…………………………………..……………………….........
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang spermatogenesis
dan oogenesis ini dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan didalam
makalah ini. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Nonik Ayu Wartini, S.ST,
M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah bilogi dasar biologi perkembangan khususnya
sistem reproduksi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita terhadap
sistem reproduksi pada pria dan wanita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun guna
memperbaiki makalah yang akan kami buat di masa mendatang.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi para pelajar. Dan juga semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya kami mohon maaf sebesar-besarnya jika
ada keselahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang yang sempurna di dunia ini
terkecuali sang Maha Pencipta.
Yogyakarta,
16 November 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada manusia, reproduksi berlangsung secara seksual.
Alat reproduksi pada manusia berupa alat kelamin pada laki-laki dan alat
kelamin pada wanita. Alat kelamin laki-laki berfungsi menghasilkan gamet
jantan, yaitu spermatozoa (sperma). Alat kelamin laki-laki terdiri dari alat
kelamin luar dan kelamin dalam. Begitupun dengan alat kelamin pada wanita
terdiri dari alat kelamin luar dan alat kelamin dalam. Alat kelamin wanita
berfungsi menghasilkan gamet betina, yaitu ovum. Gamet jantan dibentuk di dalam
testis pada skrotum, sedangkan gamet betina dibentuk di dalam ovarium.
Pembentukan gamet jantan disebut spermatogenesis dan pembentukan gamet betina
disebut oogenesis.
Spermatogenesis yang sempurna dicapai pada sebagian
besar laki-laki pada umur 16 tahun, dan kemudian berlangsung terus selama
hidup. Spermatogenesis tidak terjadi secara serentak pada semua tubuli semiferi
atau bahkan tidak serentak pada setiap bagian tubulus yang sama. Daur ini mulai
pada lamina basalis epithelium germativum dalam jawabannya terhadap hormone
pemacu folikel(FSH). Pada saat spermatozoa berkembang, maka spermatozoa ini
akan mendekati lumen tubulus. Pemasakan spermatozoa memerlukan waktu kira-kira
10hari.
Ovarium berasal dari struktur embrional yang sama
dengan glanula supraneralis dan testis pada pria, tetapi kedua ovarium terletak
di atas pintu masuk pelvis pada saat bayi lahir, dan baru turun ke cavitas
pelvis setelah cavitas pelvisnya menjadi lebih dalam selama masa kanak-kanak.
Perkembangan ovarium infantile (bayi)sampai menarke sangat sedikit, dan
gambaran serta strukturnya kemudian mengalami diferensiasi bergantung pada umur
dan fase siklus menstruasi wanita.
Mungkin masih banyak mahasiswa kesehatan yang belum
mengetahui produksi dan jalannya spermatozoa dan produksi sel telur matur.
Maka, dengan adanya makalah ini, akan menjadi panduan kita dalam mempelajari
tentang spermatogenesis dan oogenesis kebidanan.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun yang
menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
a) Bagaimana
siklus spermatogenesis ?
b) Bagaimana
siklus oogenesis ?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
a) Untuk
mengetahui siklus spermatogenesis dan oogenesis pada laki-laki dan wanita.
D.
Manfaat
Penulisan
Makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka pembelajaran baik
dalam proses pembelajaran maupun non-pembelajaran , dan meningkatkan
pengetahuan bagi semua kalangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SPERMATOGENISIS
Gambar 2.1 Spermatogenesis (Guyton dan Hall, 2007)
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan
spermatozoa. Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi
pria (Junqueira dan Jose, 2007). Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel
germinal primordial yang disebut dengan spermatogonia. Spermatogonia berada pada
dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus.Spermatogonia mulai
mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus berproliferasi
dan berdiferensiasi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk sperma
(Guyton dan Hall, 2007).
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus
selama masa seksual aktif akibat stimulasi oleh hormon gonadotropin yang
dihasilkan di hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata pada umur 16 tahun dan
terus berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun pada
usia tua (Guyton dan Hall, 2007).
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia
bermigrasi di antara sel- sel sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferus.
Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pembungkus sitoplasma yang berlebihan
yang mengelilingi spermatogonia yang sedang berkembang sampai menuju bagian
tengah lumen tubulus (Guyton dan Hall, 2007).
Proses berikutnya adalah pembelahan secara meiosis.
Pada tahap ini spermatogonia yang melewati lapisan pertahanan masuk ke dalam
lapisan sel Sertoli akan dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar
untuk membentuk spermatosit primer yang besar. Setiap spermatosit tersebut,
selanjutnya mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk dua spermatosit
sekunder. Setelah beberapa hari, spermatosit sekunder ini juga membelah menjadi
spermatid yang akhirnya dimodifikasi menjadi spermatozoa (sperma) (Guyton dan
Hall, 2007). Selama masa pergantian dari tahap spermatosit ke tahap spermatid,
46 kromosom spermatozoa (23 pasang kromosom) dibagi sehingga 23 kromosom
diberikan ke satu spermatid dan 23 lainnya ke spermatid yang kedua (Sherwood,
2012). Keadaaan ini juga membagi gen kromosom sehingga hanya setengah
karakteristik genetik bayi yang berasal dari ayah, sedangkan setengah sisanya
diturunkan dari oosit yang berasal dari ibu. Keseluruhan proses
spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi spermatozoa, membutuhkan waktu
sekitar 74 hari (Guyton dan Hall, 2007). Proses selanjutnya adalah pembentukan
sperma. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid tetap memiliki
sifat-sifat yang lazim dari sel-sel epiteloid, tetapi spermatid tersebut segera
berdiferensiasi dan memanjang menjadi spermatozoa. Masing-masing spermatozoa
terdiri atas kepala dan ekor. Kepala terdiri atas inti sel yang padat dengan
hanya sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di sekeliling permukaannya. Di
bagian luar, dua pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom yang terutama dibentuk oleh apparatus Golgi. Selubung ini mengandung
sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom dari
sel-sel yang khas, meliputi hialuronidase (yang dapat mencerna filamen
proteoglikan jaringan) dan enzim proteolitik yang sangat kuat (yang dapat
mencerna protein). Enzim ini memainkan peranan penting sehingga memungkinkan
sperma untuk memasuki ovum dan membuahinya(Guyton dan Hall, 2007).
Ekor sperma, yang disebut flagellum, memiliki tiga
komponen utama yaitu (1) kerangka pusat yang secara keseluruhan disebut
aksonema, yang memiliki struktur yang serupa dengan struktur silia yang
terdapat pada permukaan sel tipe lain; (2) membran sel tipis yang menutupi
aksonema; dan (3) sekelompok mitokondria yang mengelilngi aksonema di bagian
proksimal ekor (badan ekor) (Guyton dan Hall, 2007).
Gerakan maju-mundur ekor (gerakan flagella)
memberikan motilitas sperma. Gerakan ini disebabkan oleh gerakan meluncur
longitudinal secara ritmis di antara tubulus posterior dan anterior yang
membentuk aksonema. Sperma yang normal bergerak dalam medium cair dengan
kecepatan 1 sampai 4 mm/menit. Kecepatan ini akan memungkinkan sperma untuk
bergerak melalui traktus genitalia wanita untuk mencapai ovum (Guyton dan Hall,
2007). Proses selanjutnya setelah pembentukan sperma adalah pematangan sperma
di epididimis. Setelah terbentuk di tubulus seminiferus, sperma membutuhkan
waktu beberapa hari untuk melewati tubulus epididimis yang panjangnya 6 meter.
Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimis
adalah sperma yang belum motil, dan tidak dapat membuahi ovum. Akan tetapi,
setelah sperma berada dalam epididimis selama 18-24 jam, sperma akan memiliki
kemampuan motilitas (Guyton dan Hall, 2007). Kemampuan bergerak maju (motilitas
progresif) yang diperoleh di epididimis, melibatkan aktivasi suatu protein unik
yang disebut CatSper, yang berada di bagian utama ekor sperma. Protein ini
tampaknya adalah suatu kanal Ca2+ yang memungkinkan influx Ca2+generalisata c-AMP. Selain itu,
spermatozoa mengekspresikan reseptor olfaktorius, dan ovarium menghasilkan
molekul mirip odoran. Bukti-bukti terkini mengisyaratkan bahwa berbagai molekul
ini dan reseptornya saling berinteraksi, yang memperkuat gerakan spermatozoa ke
arah ovarium (Ganong, 2008).
B.
OOGENESIS
![Description: F:\ \acak\bahan ajar\jam ke 0\scan\n5o\ovum_dan_sperma\oogenesis pembentukan sel telur ovum2.jpg](file:///C:\Users\acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
Gambar 2.2
oogenesis
Oogenesis
terjadi di ovarium. Di ovarium ini telah tersedia calon-calin sel telur (oosit
primer) yang terbentuk sejak bayi lahir. Saat pubertas, oosit primer melakukan
pembelahan meiosis menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosit
primer). Proses ini terjadi di bawah pengaruh FSH (Follicle Stimulating
Hormone).
Oosit sekunder
dikelilingi oleh folikel. Oosit yang terus berkembang, lama-kelamaan akan
dipisahkan dari folikel-folikel disekelilingnya oleh zona pelusida. Dibawah
pengaruh FSH, folikel-folikel ini membelah berkali-kali danmembentuk folikel
graaf (folikel yang telah masak), diantaranya mempunyai rongga. Kemudian,
sel-sel folikel ini memproduksi estrogen yang merangsang hipofisis untuk
mensekresikan LH (Luteinizing Hormone). LH berfungsi mendorong terjadinya
ovulasi (pelepasan sel telur).
Jika pada saat
ovulasi terjadi pembuahan, maka oosit sekunder meneruskan pembelahan menjadi
ootid (haploid) dan badan polar kedua. Ootid berdiferensiasi menjadi ovum.
Jadi, dalam oogenesis ini dihasilkan oosit sekunder yang akan dibuahi oleh
sperma. Setelah pembuahan, oosit sekunder membelah lagisecara meiosis hingga
dihasilkan ovum. Berbeda dengan laki-laki, wanita hanya mengeluarkan 1 telur
saja dalam waktu tertentu (siklus).
Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol oleh hormone. Pada
manusia dan primate, siklus reproduksinya disebut siklus menstruasi, sedangkan
pada mammalian lain disebut esterus. Menstruasi dapat diartikan sebagai
luruhnya ovum yang tidak dibuahi beserta lapisan dinding uterus yang terjadi
saat periodic. Darah menstruasi sering disertai jaringan-jaringan keci yang
bukan darah. Siklus reproduksi ini umumnya memiliki periode 28 hari hingga 1
bulan, oleh karena itu disebut mens.
Letak (dari
depan), kedua ovarium terletak di dalam cavitas peritonealis pada cekungan
kecil di dinding posterior ligamentum latum. Kedua ovarium terletak pada ujung
tuba fallopii yang mengandung fimbriae pada kira-kira setinggi pintu masuk
pelvis. Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari
bewarna putih dan permukaannya bergerigi. Ukurannya 3 cm x 2 cm x 1 cm.
beratnya 5-8 g.
Struktur makroskopiknya
bervariasi, bergantung pada umur wanita. Ovarium ini licin dan halus, warnanya
putih dan konsistensinya agak padat.
Fase menstruasi antara pubertas dan
menopause kedua ovarium tersebut lebih besar dan permukaannya agak ireguler,
lebih menyerupai walnut dan tidak seperti buah kenari. Fase postmenopause,
ovarium menjadi lebih kecil dan mengkerut dan ditutup oleh jaringan parut
setelah bulan demi bulan sebelumnya folikal de graaf pecah.
Struktur mikroskopik,
Epithelium germinativum adalah nama lain untuk peritoneum yang menutupi
ovarium. Tunica albuginea merupakan selubung luar fibrosa yang keras. Cortex,
terutama terdiri atas stroma jaringa vibro vaskuler tempat folikel de graaf
terkubur. Folikel-folikel ini masing-masing berisi ovum dan dapat ditemukan
dalam berbagai tingkat perkembangan. Corpus luteum adalah jaringan perut yang
berbentuk setelah folikel pecah. Dengan demikian cortex merupakan bagian yang
fungsional pada ovarium. Medulla merupakan bagian tengah dan tempat masuknya
pembuluh darah, limfa, dan saraf. Medulla terutama terdiri atas jaringan
fibrosa dan elastic.
Siklus hidup folikel primordial, paa
saat lahir, cortex ovarii mengandung kira-kira 200.000 folikel primordial.
Masing-masing folikel ini mengandung sel-sel kelamin primordial. Sejumlah
folikel berupaya untuk menjadi masak sebelum pubertas, tetapi biasanya tidak
berhasil, dan folikel tersebut mengalami degenerasi. Folikel de graaf dengan mulainya pubertas, beberapa folikel
berupaya menjadi secara serentak menjadii separo pertama siklus menstruasi .
satu folikel lebih berhasil dari pada folikel-folikel lain, dan terisi cairan,
mencapai diameter paling tidak 10mm, dan kemudian muncul kepermukaan ovarium. Selama
proses ini pembelahan meiosis pertama berlangsung di dalam inti (nucleus)
sel-sel kelamin primordial. Folikel de graaf pecah melalui permukaan ovarium
dan melepaskan cairan folikel dan ovum. Corpus
luteum adalah bungkus (cangkang) yang ditinggalkan okeh folikel de graaf
yang rupture. Corpus luteum ini terisi oleh jendalan darah, dan kemudian mulai
terjadi fibrosis. Setelah 10 hari, corpus luteum akan berhenti membesar dan
mulai membentuk jaringan perut. Corpus
albicans adalah nama yang diberikan untuk corpus luteum yang mengalami
fibrosis lebih lanjut. Corpus fibrosum adalah
struktur yang merupakan fibrosis tahap akhir corpus luteum. Terjadi peningkatan
jumlah jaringan parut yang ditinggalkan oleh setiap ovulasi yang terjadi yang
menyebabkan permukaan ovarium tampak penuh dengan jaringan parut postmenopause.
inervasinya oleh
plexus ovaricus. Funsi untuk memproduksi sel telur untuk fertilisasi, estrogen
dan progesterone.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembentukan
Sperma (spermatogenesis) terjadi di dalam testis.
Spermatogonium
bersifat diploid dan selalu membelah diri secara metosis sehingga berjumlah
banyak. Sebagian spermatogonium membesar menjadi spermatosit primer.
Spermatosit
primer terus membelah diri secara meiosis membentuk spermatosis sekunder.
Spermatosit sekunder membelah diri kembali secara meiosis menjadi spermatid.
Spermatid berdiferensiasi menjadi sperma. Tiap-tiap sperma memiliki jumlah
kromosom setengah dari jumlah kromosom spermatogonium.
Pembentukan Ovum (oogenesis) terjadi
di dalam ovarium. Oogonium bersifat diploid. Oogonium membelah diri secara
mitosis sehingga berjumlah banyak. Oogonium berkembang menjadi oosit primer.
Oosit primer membelah diri secara meiosis menjadi oosit sekunder dan badan
kutub pertama. Oosit sekunder mengandung kuning telur dan sitoplasma, badan
kutub pertama merupakan inti sel yang kemudian membelah diri menjadi dua.Oosit
sekunder membelah diri secara meiosis menjadi otid dan badan kutub ke dua. Otid
berkembang menjadi ovum yang haploid. Setiap oosit primer menghasilkan satu
ovum.
B.
Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca/pelajar. Apabila
ada saran dan kritik yang membangun, mohon sampaikan pada kami untuk pembekalan
dan pembelajaran di masa yang akan datang atau pun tugas.
Dan untuk para pelajar diharapkan untuk
senantiasa memperbaiki, apa yang salah pada makalah ini. Mengritik sesuatu yang
dipelajari jauh lebih berguna untuk pembelajaran selanjutnya.
Jika
terdapat banyak kesalahan, dalam menerangkan siklus spermatogenesis dan
oogenesis kami mohon maaf. Karna kami pula dalam proses pembelajaran, terima
kasih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Verralls,
Sylvia.1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan. Jakarta. EGC
Luklukaningsih,
Zuyina. 2014. Anatomi Fisiologi dan Fisioterapi. Yogyakarta. Numed
Guyton
dan Hall. 2007. Spermatogenesis._______________.____________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar